Tulisan ini merupakan benang merah dari buku karya seorang kiai dengan judul Gus Dur dalam obrolan Gus Mus yang ditulis oleh Kiai Husein Muhammad. Sosok Gus Dur yang menjadi objek utama penulisan buku ini membuat saya kudu mencatat hal-hal penting untuk tidak dilupakan dan salah satu media muhasabah diri. Begitupula Gus Mus sehabat terdekat Gus Dur yang banyak menceritakan bagaimana sosok ulama panutan ini. Sehingga Gus Dur, Gus Mus, dan kiai Husein (si penulis) menjadi figur yang tepat untuk menjiplak kehidupannya utamanya semangat dalam menuntut ilmu dan tidak mengesampingkan agama dalam kehidupan yang kadang melilit. Sehingga menjadi panduan yang pas dalam menjalani hidup.



It's you, Gus Dur
  • Sering tidur dimanapun bahkan saat acara penting tetapi bisa bertanya dan mengerti mengenai apa-apa yang disampaikan oleh siapapun. Menurut Gus Mus, kemampuan itu karena Gus Dur terbiasa mengenali topik, pembicara, dan gayanya sehingga sebelum berangkat sudah menguasai materinya. Di lain sisi karena beliau memiliki ilmu ladunni. Yaitu ilmu langsung dari Allah yang tidak sembarang orang bisa memprolehnya kecuali karena dua faktor yaitu Wahbi, anugerah atau pemberian dari Allah saking dekat dan taat kepada sang khaliq dan Kasbi, melalui usaha belajar yang tekun sehingga nalarnya terhubung jauh dan dalam mengaitkan ilmu satu terhadap lainnya.

Sehingga yang perlu kita garis bawahi adalah
Ilmu tidak semata-mata ilham, semacam wahyu dari tuhan tanpa belajar, tetapi juga diperoleh karena ijtihad, aktivitas intelektual yang intens.
  • Gus Dur pernah menjabat sebagai DKJ, Dewan Kesenian Jakarta, namun menuai kritik-cacian oleh para kiai dan orang yang tidak menyukainya dengan dalih "masak seorang anak kiai besar dan ketua PBNU, jadi dalang ketoprak"
  • Gus Dur adalah peminat sastra. Konon, bekerja di bidang seni budaya adalah kesenangannya.
  • Gus Dur mencintai Palestina dan perjuangan mereka. Tetapi malah dianggap membela Israil sebagaimana tuduhan sebagian orang hanya karena Gus Dur pernah berkunjung ke sana dan diangkat menjadi anggota Simon Peres Foundation (yayasan Simon peres) simon adalah mantan perdana menteri Israil.
  • Gus Dur lebih suka menggunakan sandal saat pergi kemanpun. Kecuali saat telah menjadi presiden karena sebuah keharusan.
  • Gus Dur menjadi presiden atas bujukan dan desakan dari dr. Fahmi D Saifuddin (alm) untuk menerima ajakan presiden Soeharto masuk Golkar dan menjadi ketua MPR. Fahmi adalah seorang arsitek dalam menjadikan Gus Dur sebagai pemimpin bangsa. Selain itu dr. Fahmi adalah dekan teladan penuh prestasi fakultas kesehatan masyarakat UI, pada masanya dan merupakan putra dari menteri agama K.H Saifuddin Zuhri.
  • Gus Dur mengerti banyak hal tidak hanya mengerti soal agama, melainkan juga perkembangan politik, sosial budaya, sastra, musik, hingga sepak bola.
  • kebiasaan Gus Dur bisa sehebat dan sebijaksana itu adalah kemampuan membaca, salah satunya, membaca buku. Sebab tiada hari terlewatkan oleh Gus Dur tanpa membaca buku atau kitab. Beliau selalu membawa buku kemana saja, sembarang tempat hingga posisi. Makanya wajar saja saat beliau sudah mulai membaca, seperti orang ekstase saja dan hebatnya lagi beliau membaca sangat cepat.
For more detail information
Konon Pesona Gus Dur ini mengikatkan Kiai Husein kepada dua ulama besar dari timur dan barat.
  1. Abu Zakaria Muhyiddin Al-Nawawi. Seorang ulama bergelar Syaikh Al-Islam dan Muhaddist Fakih. Lahir 631H di Nawa sebuah desa di kecamatan Hauran, Siria. Menurut Al-Dzahabi, selama 20 tahun Imam Nawawi tidak pernah berhenti belajar siang dan malam di tempat mana pun sambil tetap hidup dalam kesederhanaan, Zuhud, dan berdakwah.
  2. Ibnu Rusyd Al-Haid, seorang filsuf besar dan Fakih bergelar komentator Aristoteles dan penulis kitab Tahafut al Tahafut, lahir di Kordoba, Spanyol 1126M konon dalam hidupnya ia tidak pernah libur belajar kecuali dua hari saja. Yaitu saat menikah dan ayahnya meninggal.

  • Gus Dur memiliki kebiasaan sering berziarah ke makam para wali dan mendoakannya sebagai mana sunnah Nabi. Cerita lain datang dari seorang sufi besar yaitu Syaikh Muhyi Al-Din Ibnu Arabi yang sering ke kuburan para wali diberbagai negara yang dikunjunginya.
  • Gus Dur memiliki keinginan untuk mengajak para kiai keliling Eropa niat itu akhirnya kesampaian setelah memenangkan lomba sayembara menulis tentang kependudukan. Dr. Fahmi yang mengajarinya. 
For more detail information
Alasan dibalik keinginan Gus Dur mengajak para kiai keliling Eropa adalah agar para kiai bisa merasakan sebagaimana perjalanan Syaikh Rifa'ah Rafi' Al-Thattawi ke Perancis, Eropa. Beliau adalah mahasiswa paling cerdas dan berbakat. Pikirannya terbuka, kritis, dan cemerlang. Dalam perjalanan ini beliau di utus oleh gurunya Syaikh Hasan Atthar, syaikh Al-azhar untuk memimpin delegasi para juru dakwah.

Di Paris, beliau menyaksikan sendiri bagaimana kemajuan negeri tersebut, kebersihan dan keindahan lingkungannya, serta terkagumnya kepada para mahasiswa yang rajin datang membaca dalam waktu yang lama bahkan perempuan berlalu lalang kuliah.

Dari pemandangan itulah hingga membuatnya berkata
Disini, aku melihat Islam tanpa kaum muslimin. Dan di negriku, aku melihat banyak sekali orang Islam tapi tidak melihat Islam
Sehingga lima tahun kemudian saat kembali ke negerinya beliau membawa segudang pengetahuan dan pengalaman mengesankan untuk melakukan perubahan dan memajukan bangsanya dalam hal demokrasi, kebebasan berpikir, civil society, HAM terutama hak-hak perempuan.

Mengutip dari tulisan Amir Syakib Arselan, pengarang buku best seller "Limadza ta-akhara al-muslimun wa taqaddama ghairuhum" dengan terjemahan; "Mengapa kaum Muslimin mundur dan non Muslim maju"
 من ذاق عرف ومن لم يذق لم يعرف
 "siapa yang mengalami dia akan mengerti, dan siapa yang tak akan mengalami dia tidak akan mengerti"

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, terkadang meski tokoh agama, tidak memiliki garansi sebagaimana luhurnya sifat-sifat gusdur yang membaca dan menilai sesuatu tidak sebelah mata. Maka aku pun ingin berkeliling dunia wa khususon benua Eropa agar lebih mantap menyaksikan bahwa sekian tahun peristiwa di masa lalu dan di masa depan adalah petunjuk kuasaNya yang agung. Lhaaa kok jadi curhat yaa hehe

It's you, Gus Mus
  • Gus Dur & gus Mus, sama-sama dalam, pengetahuan agamanya. Berpikir secara substantif pada teks teks keagamaan, tidak tektualis seperti kebanyakan orang terutama kelompok wahabisme. Hadratusy Hasyim Ashari berkata "agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak bersebrangan"
  • Panggilan Gus lebih di sukai oleh Gus Mus dan Gus Dur ketimbang memanggilnya kiai.
  • pada saat haul 1000 hari kematian Gus Dur, Gus Mus memulai tausyiahnya sebagaimana kata-kata yang sering diucapkan sufi yaitu
 الحد لله الذي تفرد بحياته الحد لله الذي تفرد ببقائه الحد لله الذي خلق الموت والحياة ليبلونا اينا احسنا عملا
Artinya; kemahesaan tuhan, ketunggalan tuhan dalam segala. Tak ada yang sama dengan diriNya. Tak ada pikiran atau lintasan hati yang menggambarkanNya. Apa yang engkau bayangkan tentang Dia bukanlah Dia.

Nah.. Pujian di atas dapat kita tiru nih saat berkesempatan memberikan sambutan hehe

Doa kiai Husein Muhammad

  •  Untuk cucu Gus Mus
اللّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَعَلِّمْهُ التوَعَلِّمْهُ
Artinya: Ya Allah, pahamkanlah dia (kedua cucu Gus Mus) akan ilmu agama dan jadiklanlah sebagai orang yang memahami esensinya.

Doa tersebut adalah doa nabi Muhammad SAW kepada Ibnu Abbas RA. Sehingga Ibnu Abbas tumbuh menjadi pemuda cerdas dan memiliki pemahaman yang unggul terhadap makna Alquran.
  • Untuk alm Gus Dur dan dr. Fahmi "ghafarallah lahuma warahimahuma wa adhholahuma fasiha jannati. Alfatihah
Gus Dur, Gus Mus, dan kiai Husein Muhammad
Berikut adalah perbedaan dan persamaan kiai besar ini:

•  Gus Dur; seorang pemikir, budayawan, penulis brilian, narasumber seminar yang laris, menguasai sastra prosais Arab dan Inggris, menyukai musik klasik dan mengerti, tetapi tidak atau sedikit sekali menulis puisi, tidak bisa menyanyi, kalaupun kadang menyanyi, suaranya tidak merdu.

•  Gus Mus; sastrawan, budayawan, memahami sastra Arab, novelis, cerpenis, penulis puisi, pelukis, tetapi tidak dikenal sebagai orang yang menyukai musik barat, dan tidak diketahui pula bisa nyanyi apa enggak karena jarang bahkan sama sekali mendengar beliau menyanyi.

•  Kiai Husein; sedikit mengerti sastra Arab, sedikit menulis puisi dan belum menerbitkannya, penulis beberapa buku, senang musik klasik tapi tidak mengerti, seminaris lokal, dan pemikir liberal.

Dan persamaan dari ketiganya yaitu:
  • sama-sama pernah jadi manusia gelandangan di Kairo, Mesir.
  • sama-sama pernah keliling 5 benua gratis
  • sama-sama menjadi pemimpin. Bedanya kalau Gus Dur, adalah pemimpin bangsa dan dunia, kalau Gus Mus, pemimpin NU dan umat Islam sedangkan kiai Husein, pemimpin rumah tangga dan 5 orang anak. (Tulisnya) Padahal beliau juga pemimpin organisasi yang bergerak di bidang kesalingan antar gender.
Baca Juga