Ini adalah kisah inspiratif bukan fiktif! Geliat seorang ibu beranak satu yang menyambut kedatangan Ramadan penuh suka cita untuk  berkarya dibidang kuliner. Karena hasil tidak menghianati proses, sepasang sejoli ini berhasil menjadi penjual kebab pertama yang sukses di desanya.

Beginilah cerita selengkapnya.


Namaku Faco. Aku dan suami doyan sekali makan kebab. Selain rasanya memang nampol di lidah, kebab termasuk fast food yang memiliki gizi seimbang yang komplit mulai dari karbo, protein, dan vitamin. Aku pun tidak terlalu risau dengan kesehatan keluarga kami untuk jangka panjang. Sebab kami meyakini, sekali santap kebab, banyak manfaat yang diberi kepada tubuh kami.  Ya meski kami tahu makanan organik tetaplah yang terbaik tapi apalah mau di kata, kami masih menyukai fastfood dan keturunannya. Tapi saat jajan di luar, ketimbang makan bakso, terang bulan, cimol, dan aneka gorengan lainnya, kebab selalu menjadi pilihan utama hati kami.

 

Berkah Ramadan, mimpi kami terwujud

Ramadan kali ini aku dan suami akhirnya menjual kuliner kesukaan kami, yaitu si Kebab. Alhamdulillahirabbil alaaminn. Kami sangat bahagia bisa menyajikan menu ini kepada masyarakat di lingkungan kami. Mengingat makanan ini  belum ada satupun yang menjualnya. Biasalah, kami tinggal di sebuah desa yang jika ingin makan makanan yang beragam atau bermacam harus pergi ke kecamatan dulu.

Sebenarnya rencana untuk menjual kebab ini sudah lama ingin kami realisasikan. Harapannya sih bisa membuka kedai kebab. Tapi kendala selalu melintang. Akhirnya, atas beberapa Pertimbangan termasuk finansial tak segera kami wujudkan dan ditunda dalam beberapa waktu.

Sekarang aku paham, bahwa aral yang selama ini datang melintang adalah perwujudan bahwa Allah memerintahkan kami agar tidak terburu-buru. Allah mengajarkan kami untuk belajar dulu selama masa penantian waktu yang pas. Di sela-sela suami tidak bekerja di kantor, dan aktifitas mengajarnya, kami sama-sama meramu komposisi sendiri, trial rasa yang cocok untuk mewakili lidah Madura pada umumnya dan di kampung kami pada khususnya.

 

Berani menjual setelah riset yang panjang

Coach Agustina Muzayanah, founder Bintang Research menganalogikan bahwa betapa pentingnya melakukan riset terlebih dahulu sebelum memulai bisnis. Sebagaimana pentingnya lampu pada kendaraan di malam hari. Tanpa riset, maka seperti mengemudi tanpa lampu. Alias tidak tahu arah dan bisa jadi menabrak apapun. Tapi jika melakukan riset terlebih dahulu, perjalanan jadi terang dan  terarah.

Kami pun percaya dan meyakini analogika tersebut. Sehingga riset yang kami hasilkan berbuah sebagaimana di bawah ini;

  • sasaran konsumen kami adalah orang desa yang lebih mementingkan kenyang dari pada komponen gizi dalam makanan.

  • cita rasa Turki tidak cocok dengan semua lidah Madura khususnya di desa Payudan Daleman

  • penghasilan desa kami tidak setinggi orang kota

  • sasaran utama kami adalah anak-anak sekolah/pelajar yang lewat di halaman rumah yang  biasanya diberi uang jajan rata-rata 5 ribuan

  • sasaran kedua kami adalah ibu-ibu yang biasa belanja di siang hingga beberapa menit ba’da ashar yang akan melirik kami jika malas mengolah sendiri di dapur

  • sasaran konsumen tambahan adalah teman social media WhatsApp

 

Setelah mengumpulkan riset itu, akhirnya aku dan suami mencari formula khusus agar menghasilkan kebab tetap seperti asalnya namun memiliki rasa yang nampol di hati sasaran konsumen kami. Langkah-langkah yang kami lakukan;

  • comot resep sana-sini

  • trial and error setiap waktu

  • menggunakan bahan fresh from the oven

  •  homemade (tortilnya buat sendiri sesuai pesenan yang masuk agar tetap empuk saat digigit bukan malah alot karena frozen food )

  • menggunakan daging ayam pilihan dengan menggunakan sedikit minyak saat dimasak

  • sosis. Tapi untuk sosis masih dalam tahap penelitian lebih dalam agar bisa dibuat sendiri. Agar kualitas kesehatan dan kebersihannya terjaga.

hingga tiba di suatu waktu yang membahagiakan baik suami, ibuk, dan bapakku kompak serentak mengacungkan jempol tangannya. Saat itu Ramadan sudah tinggal hitungan jari. Niat dan semangat makin membara deh untuk menyambut Ramadan dan mengisi momentum ini dengan berjualan untuk tambahan belanja harian dan tabungan masa depan si kecil.

 

Dan let’s see, it’s work. Kebabku berhasil mencuri hati konsumenku yang bisa beli 4 hingga lebih dalam sekali pesenan. Setiap harinya selalu habis tanpa tersisa.

 

Pentingnya imagine before action

Kalian percaya gak? Kita hanya perlu memiliki angan dan harapan dulu untuk kemudian merealisasikannya. Sehingga setelah ada aksi, itu akan  menjadi identitas baru bagimu dengan masa pertumbuhan baru dalam cerita hidupmu. Kalau aku dan suami tidak menghayal jadi juragan kebab, mana mungkin kami menapaki satu langkah demi langkah lainnya meraih itu. Kami sadar bahwa baik aku dan suami, bukanlah keturunan sultan. Selain jadi ibu rumah tangga untuk putri kecilku, aku juga sibuk dengan jualan lainnya. Jualan buku bacaan anak dan produk kecantikan. Aku selalu memotivasi diri sendiri bahwa dengan berjualan, berarti  mengikuti jejak Rasulullah yang seorang saudagar, berjualan gini membuat aku bisa tetap 24 jam bersama buah hati dan bisa kapanpun mencium tangan suami saat datang bekerja sekaligus melayani lelahnya dengan hidangan dan pijatan plus-plus. Eits.. yang masih single, harap jangan tergoda yaa hahaha mengutip dauh Ust. Handy Bonny, nikah itu enaknya Cuma 5% sedangkan 95%nya enak banget. Ehem. Kok malah ngelantur yaaa lets back to laptop.

 

Menanam aksi hingga merantingkan aksi

Saat kebab kami membawa aroma sedaap di hati para tuannya, aku pun memiliki ide untuk menambahkan takjil berupa minuman. Biar sekali mendayung dua pulau terlampaui. Sekali membeli kebab sekalian dengan minumannya. Mantap kan? Akhirnya tercetuslah minuman es misem. Maksud dari nama tersebut, harapan kami agar setiap costumer yang menyeruput es yang kami buat, langsung misem/senyum-senyum karena kenikmatannya.  

Komposisi es misem yang kami buat

  •  blewah

  • nata decoco

  •  jeruk  nipis/lemon

  • biji selasih

  • sirup (untuk pemanis)

  • es batu/es kristal

  • lalu disiram dengan infused water

Minuman sesegar ini kami banderol dengan harga 5 ribu rupiah aja. Minuman segar, sehat dan gak bikin kantong bocor.

Catatan untuk review minuman ini hanya di bagian cup, yang perlu tampil lebih baik dan menarik. Ternyata pembubuhan kata-kata dan desaign pada cup minuman jadi salah satu faktor menaiknya jualan. Alhamdulillah tak bosan aku panjatkan syukur. Allah menggerakkan diri ini memutuskan untuk custome melalui market place dan aku memilih jasa JNE sebagai pengantarnya.

 

Berkat Ramadan aku semakin giat berkarya menyajikan menu terbaik untuk costumer dengan tetap memperhatikan kandungan gizinya dengan harga ekonomis. Sekarang, setiap sore ngabuburitku bersama suami dan si kecil lebih menyenangkan karena  kami membawa pesanan hantaran kebahagian buat mereka yang sedang tak sabar menunggu kami agar segera dapat dilihat dan siap disantap saat berbuka puasa.

Saat pulang dari rumah costumerku, tak jarang kami juga membawa pulang rezeki dari mereka. Sungguh, nikmat tuhan mana lagi yang akan didustakan? #JNERamadhan2021  #bahagiabersama


Baca Juga