Ini bukan tentang siapa yang lebih tua berarti lebih baik dari yang muda. Entah keilmuan maupun bidang lainnya. Tidak! Bukan begitu. Nyatanya yang muda lebih baik, itu banyak. Najwa Faslisha Mehvish salah satunya.

Awal mulanya begini, sudah lama saya mengikuti akun instagram mbak Dewi Nur Aisyah. mengikuti potongan cerita-cerita hidupnya yang dibagikan pada feeds instagramnya. Hatiku terpaut pada sosok mungil cantik dan teduh dipandang. Najwa panggilannya, Najwa Falisha Mehvish lebih tepatnya. Saya pun sering download video yang ada di feedsnya. Entah ketika Najwa bernyanyi (ada juga saat Najwa ngarang sendiri), saat Najwa ngajak bundanya bermain habis datang dari sekolah, saat Najwa sedang menghitung dalam bahasa Indonesia. Saat itu Najwa dan bundanya sedang mengenakan mukenah di tanah suci dan video lainnya. Habisnya lucu dan ngegemesin sih. 

Sumber foto: Instagram @dewi.n.aisyah

Najwa adalah anak sulung dari pasangan PhD parents stories yaitu Dewi Nur Aisyah dan Rhevy A Putra. Waktu itu, setelah menamatkan strata-1 nya di kampus UI, mbak Dewi menerima pinangan seorang lelaki karismatik yang se almamater denganya. Mereka akhirnya memutuskan untuk menikah. Lalu keduanya menempuh studi di Inggris. Seiring pencarian ilmu itu, Allah juga karuniakan seorang putri cantik jelita yang terlahir di Britania raya, Inggris untuk memberi warna dalam kehidupan sejoli ini.

That's true.

Kehadiran sang jelita, membuat Bunda Najwa selalu membagikan postingan setiap peristiwa yang bersinggungan dengan anak dan keluarga kecilnya. Sebuah cerita untuk ajang muhasabah dan panjatan syukur atas sang Khaliq yang didapat dari anaknya sendiri sebagai alarm bahwa apa yang kamu ajarkan juga perlu dipraktikkan. Najwa yang cerdas, memiliki paras cantik, (menurut saya, kecantikan itu ia dapat dari perawakan sang bunda) pun dengan perangainya berhasil membuat hati netizen juga bergiming akan pancaran ahlaknya yang memukau, haru-biru dan pengen nangis setiap perjuangan dan tata cara hidupnya yang selalu melibatkan Allah.


Kemudian, Najwa yang lahir dan besar di Inggris serta mengenyam pendidikan di sana dan memiliki banyak teman yang juga beda kenegaraan tentu saja membuat Najwa lebih memahami kehidupan yang multikultural. Entah dari segi kulit, accent, perilaku, agama dan cara berpakaian. Lingkungan ini pula yang membuat dirinya lebih mahir menggunakan bahasa Inggris dari pada bahasa asal orangtuanya. Meski selama di rumah (Inggris) orangtuanya sering berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan tujuan agar anaknya si Najwa juga tahu dan sadar bahwa bahasa Indonesia adalah jatidirinya. Selain itu bacaan Quran dan hafalannya sungguh luar biasa keren. Sesuai dengan makhorijul huruf. Subhanallah!


So, di sini saya akan membagikan sebagian kisah Najwa yang darinya saya juga belajar banyak hal. utamanya tentang perangai atau ahlak yang lebih penting dari nilai dan materi. semoga pembaca juga bisa mengambil hikmahnya ya! Belajar banyak dari yang lebih muda, cantik dan sholiha.

 

Selalu belajar dan berusaha agar Allah senang

Saat ini Najwa sudah mengenyam pendidikan di Indonesia. Meski belum sepenuhnya lancar dan mengerti bahasa nasional. tapi tidak ada keraguan dan keberatan untuk mengikuti sebuah Kompetisi Matematika Nalaria Realistik. Padahal ia akan menghadapi soal ujian cukup rumit yang memerlukan nalar, ditambah pula bahasa Indonesia yang tidak cukup lumrah untuk ia translasikan. Namun, itu ternyata hanya kekhawatiran manusia. beda dengan Allah. atas seizinNya, Najwa berhasil masuk babak penyisihan 15 terbaik di sekolahnya. Sebenarnya, soal tersebut memang susah baginya, tapi urusan menyerah tak pernah ada dalam kamusnya

keep on trying as always

Hanya berusaha dan terus berusaha, semboyan hidupnya. Terlebih agar disayang Allah, sebagai semangat perjuangannya.

Pelajaran yang dapat dipetik dari potongan cerita Najwa ini adalah bukan tentang menang atau kalah, bukan pula tentang menjawab benar atau salah. akan tetapi, tentang memunculkan keberanian untuk mencoba dan berusaha karena-Nya. Nilai bukanlah tujuan utama, namun tidak berputus asa dan terus berupaya untuk mnyenangkan Allah dengan usaha terbaik dari diri sendiri. Selebihnya, sudah urusan Allah sang pemilik wewenang.

Tugas yang paling utamanya adalah bukan tampil terbaik untuk orang lain, tapi tampil terbaik sekuat tenaga dan otak hanya karena Allah. Namun sayangnya serinh kali malah, manusia lupa meletakkan hasil di atas segalanya. Melupakan bahwa ada proses yang tidak pernah luput tercatat oleh-Nya setiap hembusan napas.

Maka ini bukan tentang seberapa banyak keberhasilan yang diterima, namun sejauh mana mampu meletakkan husnudzan kpd-Nya, pantang menyerah dan tidak putus asa di tengah kesulitan. Bersedia berlelah-lelah mengerjakan ikhtiar hanya untuk mendapatkan keridhoan-Nya.


Mencintai Alquran 

Suatu malam, suhu tubuh Najwa bertahan pada angka 40 derajat celcius. Meski sudah diberi paracetamol, bahkan menebus resep yang telah diberikan oleh dokter. Namun demamnya tak mau turun hingga 24 jam berlalu. Tubuhnya tetap lemas terbaring lemah tak berdaya padahal soal asupan air tak pernah kekurangan .

Kemudian kejadian penuh haru terjadi. Saat itu jam menunjukkan Pukul 04.00 waktu Inggris. Berarti sebentar lagi akan menjelang shubuh. Tubuh mungil itu beranjak dari kasurnya. Ternyata langkahnya tidak hanya berhenti di kamar mandi dan kembali ke kasur lagi. Tapi tiba-tiba ia telah duduk bersimpuh, baru aja menunaikan sholat malamnya (tahajjud) tapi ia malah menggenggam Al-Qur’an.

Dalam hatinya, ia ingin membaca Alquran tapi mungkin gak kuasa mengontrol dirinya yang sedang sakit. Apalagi waktu itu matanya sembab, wajahnya pucat kemerahan karena masih demam. Tiba-tiba, air matanya mulai mengalir, karena ia sedih belum baca quran. Najwa merasa bersalah karena sudah tidak mengaji sejak 2 hari lalu. Padahal karena demamnya pada dini hari saat itu, ia tetap terlelap.

Pada detik saya menuliskan cerita ini, air mata saya pun juga tak berhenti menetes. Betapa Alquran bener-bener hidup dalam jiwanya. Lalu bagaimana dengan diri ini? Jangankan akan membaca Alquran, beranjak untuk mengerjakan sholat saja, tidak terbayangkan saat sakit. Maunya rebahan terus. Sungguh tidak ada yang lebih baik diharapkan di muka bumi ini selain mempersiapkan sangu terbaik dan terbanyak menuju perjalanan terpanjang pengadilanNya. 

Ini hanya sebagain kecil dari kisah hidupnya yang memberiku inspirasi. Masih banyak sebenarnya. Sekarang bagaimana aksinya saja agar perihal ibadah dan kebaikan harus terus berlomba-lomba agar menjadi hamba Allah yang tidak merugi dan merugikan orang lain.




Baca Juga