Siapa sih yang enggak familiar dengan Buya HAMKA? Sosok ulama Muhammadiah, tokoh Masyumi, dan ketua umum pertama MUI Indonesia yang berpengaruh dalam perkembangan Islam saat  era orde baru. Kegigihannya membela Islam, tegas dalam hal akidah, banyak melahirkan karya membuat beliau tidak pernah sepi diperbincangkan. Dirangkum dalam buku BUYA HAMKA: Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama karya, Yanuardi Syukur & Arlena Ara Guci dapat disimpulkan berikut fakta menarik dari Buya HAMKA.




Hamka bukan nama panggilan aslinya
Nama lengkap beliau adalah Abdul Malik putra dari kiai besar pada masanya asal Sumatera Barat yaitu Syeikh Abdul Karim Amrullah. Setelah beliau menunaikan ibadah haji di tanah suci, kemudian menuliskan sendiri namanya yaitu, Haji Abdul Malik Karim Amrullah dengan akronim HAMKA yang populer menjadi panggilan beliau hingga kini.

Memiliki saudara beda kiblat
Abdul Wadud Karim Amrullah (AWKA) atau nama baratnya Willy Amrull adalah saudara sebapak beda ibu dengan HAMKA. Meski termasuk lahir dalam keluarga agamis dan memiliki latar belakang keislaman yang kuat, namun hidayah tidak pernah diperuntukkan berdasarkan keturunan. 

Sebagaimana peristiwa sejarah sebelumnya seperti paman nabi Abdul Uzzah yang populer dipanggil Abu Lahab mengalami sakit parah di akhir hayatnya namun tidak terketuk hatinya untuk mengakui ke esaan Allah dan kebenaran ponakannya sebagai utusan terakhir penutup para rasul lainnya.

Sedangkan AWKA meski sudah mendapatkan pelajaran tauhid dari ayah dan lingkungannya namun tertakdir merubah layar hidupnya 360°  memeluk agama Kristen sebab perempuan yang dicintainya. Sehingga saat menempati posisi sebagai pendeta, menjadi keharusan baginya untuk menyebarkan ajaran Kristus tak terkecuali di kampung halamannya sebagai utusan dari lembaga misionaris Kristen Amerika.

Memiliki kebesaran hati
Dua tahun empat bulan lamanya Buya Hamka mendekam dibalik jeruji besi atas tuduhan orang yang dekat dan beliau kagumi, yaitu Soekarno. Tuduhan pelanggaran yang mustahil dilakukan itu adalah UU anti subversif penpres no 11, tepatnya tuduhan perencanaan pembunuhan terhadap presiden pertama RI. 

Jujur, andaikan temen terdekat atau orang saya kagumi melakukan itu, mungkin mulut ini tidak akan pernah berhenti mengumpat atau hati ini akan meratap sedih terus menerus dan menyalahkan keadaan. Namun berbeda dengan beliau. Keberadaan Buya dalam tahanan malah membesarkan hati dan menuangkan pemikirannya untuk tetap produktif menulis hingga lahirlah karya terbesarnya, tafsir Al-azhar.

Rusdy Hamka, putranya menuturkan bahwa: menyelesaikan tafsir Al-Azhar sama dengan menyelesaikan tugas hidupnya. Subhanallah!

Kebesaran hati beliau pula nampak dari bagaimana sikap Buya saat menerima wasiat untuk menjadi imam sholat jenazah bung karno. Sungguh mulia bukan? Oh ya kisah ini dan beberapa topik tokoh lainnya dapat diperoleh secara auditori melalui kanal podcastku "24 hours vitamin with oviroro" di sini

Artikel ini diikut sertakan minggu tema komunitas Indonesian Content Creator




Baca Juga