Aku perhatikan, kamu lebih nyaman geser-geser gawaimu ya dari pada menyantap hidangan yang super lezat. Oh iya lupa sih, kalau teman pintarmu itu lebih menyenangkan, nyaman dan enak dari pada tayangan televisi, hiburan di taman bahkan udah bikin kenyang duluan tanpa makan.

Jadi keingat tempo dulu deh, saat kamu dan generasi sebelummu lebih banyak waktu bersama. Sekarang, yang dekat terasa jauh dan yang jauh terasa dekat. Zaman sangat kebalik. Tak apa sih sebenarnya. Toh setiap generasi memiliki cerita berbeda. Tapi, surat wasiat ini perlu kamu baca tuntas ya!

Ada satu hal yang perlu kamu tanyakan kepada dirimu sendiri. Sikapmu yang cuek individualis itu tidak cuek pula pada kami yang berjuang mati-matian agar kehidupanmu lebih baik dari era bayonet dan senapan bukan?

Kami sedih loh saat ayahmu bercerita tentang kami begitu asyiknya, kamu malah berkata " kolot banget sih yah cerita itu mulu, bosen tahu. Itu gak nge-hit" atau saat guru sejarahmu bercerita dalam kelas, kamu malah ngorok atau ngelamunin doi. Museum-museum pun jauh dari kata ramai padahal tiketnya tidak semahal konser boy band dan film Drakor di Bioskop.

By the way, Pernah dengar nama bung Hatta? Semoga saja tidak asing ya. Sebab jika kamu saja tidak tahu nama itu bagaimana mungkin kamu mengetahui kami yang lain. Beliau pernah berkata bahwa "Pahlawan itu album kenangan  Indonesia" percaya kah kamu?

Jika lupa, buka lagi ya sejarahnya. Kami tidak menasehatimu untuk menjadi norak. Kami hanya menitip bangsa yang telah kami jaga kebesaran dan citra persatuannya, untukmu beserta generasi-generasi setelahmu yang kelak godaannya akan semakin berat. Makanya kamu perlu terapkan harapan kami dalam surat ini.

Oh ya! Kami sangat bersyukur atas jasa kinerja dua orang berikut ini. Berkatnya, anggapan peng-anak tirian atau diskriminasi padanya luntur perlahan.

Yang pertama adalah orang no 1 di tanah air yang telah 2x menjabat sebagai presiden RI ke 7 telah meresmikan jembatan Youtefa untuk orang Papua. Jembatan ini menjadi simbol terkoneksinya antar kehidupan dan perekonomian. Jadi jangan sekali-kali kamu memicingkan matamu karena rambut dan kulit mereka yang berbeda darimu. Jangan merasa kamu paling-paling deh sebab jika tuhan telah memanggilmu, tiada guna lagi kesombongan itu.

Beliau pun akan segera meluncurkan buku pokok sejarah Indonesia yang ditulis oleh para sejarawan dari Aceh sampai Papua. Tujuannya agar masing-masing dari kalian memiliki kebanggaan terhadap budaya dan sejarah tanah air.

Hikmah yang perlu kamu ambil dari presiden tersebut adalah bagaimana pun kontradiktifnya kebijakan dan keputusan seorang pemimpin dan banyaknya menuai hinaan dari netizen, janganlah mengikutinya. Coba deh tanyakan terlebih dahulu pada dirimu sendiri, sudahkah kamu berhasil membawa perubahan baik untuk Indonesia? Jika belum, diam lebih baik. Yang perlu kamu lakukan adalah mengapresiasi aksi positifnya sedangkan yang cacat, kamu benahi untukmu sendiri jangan malah menghujat. Agar dalam kehidupan sehari-hari jauh dari sifat tercela dan yang terpuji melekat pada dirimu hingga kelak semisal kamu diamanahi sebagai wakil rakyat, kamu tetap memiliki hati membumi namun nasionalisme melangit.

Mari mengaca kepada Amerika. Eits jangan langsung tinggi darah ya. Hal ini bukan berarti mengajakmu untuk berkiblat padanya. Ingat, ambillah yang positif dan tinggalkan yang tidak baik. 

Ambillah hikmah walaupun keluar dari dubur Anjing. ~ pepatah Arab

Di sana, pelajaran sejarah sudah menjadi habit dan life style. Kalau ada yang mau jadi kandidat gubernur, anggota dewan, PNS, maupun yang ingin menjadi warga Amerika maka perlu melalui tes pengetahuan sejarah. Jadi gimana, mau ngak sedia payung sebelum hujan nih? 

Kemudian yang kedua, Asep Kambali. Seorang sejarawan dan founder Komunitas Historia Indonesia (KHI) yang memiliki keterlibatan dalam pencetakan ulang uang terbaru 2016 dan UPK 75 2020 (Uang Peringatan Kemerdekaan 75 tahun) dengan melibatkan tim perumus sejarawan Indonesia yaitu Dr. Anhar Gonggong, Dr. Rushdy Husein dan Dr. Didik Pradjoko yang di koordinatori oleh Asep Kambali, S.Pd., M.I.K

Masih berminat baca lebih lanjut? Okay, semoga kamu tidak bosan!

2016 merupakan tahun diterbitkan ulang uang baru tentunya warna dan pahlawan yang ada dalam uang berubah dong. Kenapa? Karena orang Papua saat itu mengeluhkan 3 hal berikut ini kepada kang Asep.

1. Kenapa para pahlawan dari Papua tidak pernah masuk dalam uang?

Puluhan tahun Indonesia merdeka, tapi baru kali ini para pahlawan dari Papua muncul kepermukaan bukan? Namanya Frans Kaisiepo. Pahlawan kelahiran Biak, Papua yang masuk dalam uang kertas bernominal Rp. 10.000,00 sehingga semua pecahan uang kertas mewakili para pahlawan dari berbagai daerah Indonesia. 

Perbedaan uang sebelum dan saat cetakan 2016 (sumber diolah dari Tribunnews Makasar)

2. Kenapa pula orang Papua harus belajar sejarah orang Jawa dan Sumatera (mereka bukannnya pahlawannya orang Jakarta dan medan) memang mereka mempelajari pahlawan kami?

Nyatanya dibangku sekolah Dasar hingga perguruan tinggi, memang tidak ada bukan?

3. Kenapa nama pahlawan mereka tidak pernah menjadi nama jalan di Indonesia.

Padahal jika diperhatikan, rata-rata nama jalan banyak yang serupa di seluruh kota Indonesia.

Let's think a while, If you were them!

Karenanyalah, sejarah sebagai pemersatu bangsa, nyata kebermanfaatannya.

Lalu tahun ini tepat di hari kemerdekaan RI ke 75 tahun Bank Indonesia meluncurkan uang baru dengan nominal Rp. 75.000,00 sebagai uang peringatan kemerdekaan (UPK) kali ke 4 dalam sejarah Indonesia. Yaitu saat Indonesia berusia 25 tahun, 40 tahun, 50 tahun dan 75 tahun.

Tiga UPK sebelumnya meski disebut komemoratif tapi tidak unik karena tiga-tiganya diterbitkan sebagai logam emas dan perak dengan nilai keuangan yang besar. Bahkan saat 50 tahun kemerdekaan, diterbitkan uang koin dari emas senilai 850 ribu.

Filosofi UPK 75 tahun
• Rupanya colorful melambangkan ke indonesiaan dengan menggabungkan warna-warna uang yang telah ada.

Uang UPK 75 tahun (diolah dari Tribunnews.com)


• Ada 3 tema dalam peluncuran uang tersebut
1. Mensyukuri kemerdekaan
2. Memperteguhkan kebhinikaan
3.  Menyongsong masa depan gemilang.  

• Uang 75 ribu dibuat terbatas hanya 75 juta lembar agar memiliki nilai keunikan.
• UPK 75 (Uang Peringatan Kemerdekaan) adalah bentuk dari rasa syukur dan ungkapan bahagia sebagai hadiah bagi masyarakat Indonesia dalam merayakan kemerdekaan.
• Menjadi uang paling keren di antara UPK sebelumnya.
• Berbahan durable paper. Kertas dan tintanya import.
• Kertasnya lebih glossy
• Uang ini tidak mudah lecek, kusut sebagaimana uang Indonesia pada umumnya.
• Kalau terkena air tidak akan mudah lepek
• Sisitem pengamanannya sudah paling canggih karena tidak bisa dipalsukan.

Misteri Nominal pada UPK

Angka 75 sangat besar sedangkan tiga angka 0 nya kecil-kecil. Itu merupakan harapan untuk menyongsong masa depan. Mulai menerapkan redonominasi yaitu penyederhanaan nilai rupiah yang jika dilakukan akan memudahkan transaksi masyarakat dan penyusunan neraca keuangan perusahaan. Redonominasi ini akan memangkas 3 digit nilai rupiah dari belakang. Misalnya Rp. 1.000 menjadi Rp. 1 dan Rp. 1.000.000 menjadi Rp. 1.000
Sehingga kelak uang Indonesia tidak akan memiliki banyak angka nol lagi.

Tentu saja ini kabar baik. Mengingat tempo dulu 5 rupiah telah memiliki banyak nilai namun saat ini 100 rupiah pun mulai tidak diterima lagi kecuali oleh swalayan-swalayan besar bukan?

Sampai di sini, sudahkah kamu merasakan apa maksud dari surat wasiat ini? Alhamdulillah. Senang saya melihat anggukanmu. Kedua orang ini merupakan orang yang lahir sebelum kecanggihan teknologi dan mereka menyesuaikan dengan era digital saat ini dan dapat melakukan hal luar biasa. Semoga kamu yang lahir saat masa transisi teknologi dan terlahir sebagai digital native dapat menyalurkan kecanduan bersosial media ke ranah yang baik untuk Indonesia lebih bermartabat dan yang paling penting dari segalanya adalah untuk menuai kebermanfaatan.

Referensi:
Asiknya belajar sejarah bersama Asep Kambali, live di akun Ig @ani.berta & @asepkambali

https://m.liputan6.com/bisnis/read/4309309/rencana-redenominasi-simak-untung-dan-ruginya

Baca Juga