Eh buat kamu yang suka baca buku berat, tidakkah terlintas sama sekali untuk sesekali baca buku yang bikin jantung berdebar bukan karena menghadapi lawan jenis kemudian tumbuh benih-benih cinta ya hehe tapi yang ini mah bikin berdebar karena ternyata berhadapan dengan mahluk beda alam. Tapi tenang aja sih buat kamu yang penakut banget hehe buku yang aku ulas ini adalah buku yang bisa dibilang horor tapi gak nakutin. Emang iya ada ya? bukannya yang namanya horror pasti menakutkan? Eits jangan salah, kamu berada di jalan yang bener kok dengan mampir di blog ini.

Buku Wasiat Masa Silam karya V.Lestari ini menurutku ada kesan horornya ya meski kalau diibaratkan hanya se ujung kuku namun bisa juga di bilang misteri karena alurnya berupa teka-teki perihal peti antik yang berada di basement rumah Lala. Ia merupakan anak bungsu berdarah Belanda pemilik rumah kawasan elit itu yang telah menolong Kiki dari kecelakan di ruang bawah tanah. Kiki adalah seorang bocah SD yang awalnya hanya ingin mengambil bola milik teman sepermainannya yang terlempar jatuh ke rumah tersebut. Namun karena menemukan lubang menuju bawah tanah ia nekat membunuh rasa penasarannya dengan masuk dan melihat peti antik yang gak terkunci itu.

Kaget tak kepalang melihat isinya sehingga kakinya bengkak dan susah berjalan namun pertolongan ia peroleh dari Lala (sebaya dengan Kiki) untuk melewati jalan lain yang bisa tembus ke dalam rumahnya kemudian Bi Ani memijat Kakinya sehingga lebih enakkan dari pada sediakala,  dan ternyata baru Kiki ketahui beberapa hari kemudian dari Nana, anaknya Bi Ani temen main Lala bahwa mereka sudah meninggal cukup lama namun anehnya saat kejadian itu, Lala berpesan kepada Kiki agar menjaga rahasia atas apa yang telah dilihatnya.


Judul Buku: V. Lestari

Ketebalan: 672 halaman

Tahun Terbit: 2013

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 978-979-22-9147-6

Menurutku yang membuat novel ini tidak terlalu mengerikan  meski melihat covernya saja sudah cukup merinding  karena arwah Bi Ani si asisten rumah tangga sekaligus pengasuh anak dari majikannya beserta Lala anak bungsu penghuni rumah turun temurun itu yang keduanya meninggal bersamaan karena diracuni oleh penghuni rumahnya, tidak balas dendam atau pun marah malah mereka muncul menolong Kiki dalam wujud sebagaimana saat masih hidup dan meminta menjaga sebuah rahasia turun temurun. Mungkin karena dikubur baik-baik kali ya dan perangai mereka saat masih hidup juga baik, jadi tenang deh di alam sana.

Tapi sebelum peristiwa kabut itu, telah ada orang lain yang juga dibunuh dengan cara yang sama bahkan di simpan di dalam bagian rumah tersebut secara tidak sepantasnya namun juga tidak mengganggu atau menghantui si pemilik rumah atau pelaku tindakan kriminal itu. Awal terjadinya kejahatan itu  sebenarnya efek dari adanya sifat Pedofil dalam keluarga yang tidak bisa dihilangkan meski sudah mengkonsumsi obat-obatan mahal. Malah hanya melemahkan syahwatnya. Dalam buku ini dituliskan bahwa Pedofilia berbeda dengan homoseksual dan dianggap sebagai kejahatan karena korbannya adalah anak-anak yang tidak tahu apa-apa. Sedangkan homoseksual, masih bisa diterima karena dianggap persoalan suka sama suka antara sesama orang dewasa yang memiliki kecendrungan sama.

Jadi, inti dalam novel Warisan Masa Silam ini menjelaskan bahwa sejak dulu keturunan dari zaman nenek moyang mereka selain mewarisi kekayaan juga telah mewarisi bukti kejahatan yang tetap tersimpan rapi efek dari gen tersebut yang menyebabkan perilaku kejahatan itu selalu terjadi. Gen itu adalah seseorang yang memiliki ketertarikan seksual terhadap seorang bocah laki-laki sehingga pembunuhan kepada bocah terjadi lagi meski untuk generasi ini pelaku bukanlah si pengindap pedofilia namun istrinya yang tidak kuat menahan cemburu karena perhatian sang suami dan yang ada dalam bayangannya saat berhubungan intim adalah bocah yang di idam-idamkannya itu. Cerita pun berakhir dengan meninggalnya sang Istri setelah membaca surat dari anak satu-satunya yang kini dimiliki namun benci kepadanya dan kemudian berpindahnya si tuan dari rumah tersebut di tempat lain atas saran anak perempuan yang selama ini lebih banyak waktunya dihabiskan di lingkungan Belanda dan andaikan ini terjadi di kehidupan nyata, sepertinya gen ini tidak akan berlanjut di generasi ini sebab si pengindap pedofilia hanya  memiliki dua orang putri dan kini hanya tinggal seorang.

Baca Juga