di Rumah Saja Saat Pandemi, Aktivitas Ini Jadi Hobi Hingga Passion Paling Menyenangkan 2021 Lho!

Jiwaku meronta, tidak ingin berada di titik pilu ini namun menolak tidak lapang, sungguh terlalu memang. Pikiran dan harapan manusia hanyalah sebuah harapan, pemegang kendali tetap sang Esa. Sebelumnya di tahun  2020, aku menerawang bahwa hingga 2021 semua rencanaku akan berjalan lancar sesuai harapan dan doa-doa sebelumnya. Namun siapa sangka, aku harus menundanya dan melakukan hal lain dan bangkit dari kesedihan dan mencipatakan sesuatu yang baru sebagai solusi membenamkan kekecewa dan kebosanan.

Titik kelabu berawal pada tahun 2020 padahal awal tahun di bulan pertama terekam jelas diingatan bahwa tahun itu, aku buka lembaran dengan ceria dan istimewa. Kehidupan berjalan dengan normal begitu pula ritme hidupku masih begitu menyenangkan. Menikmati liburan di Bali, melihat orang berlalu lalang dengan beragam style keberagamannya, bener-bener merasakan Multicultural is here! Aku juga senang saudara-saudaraku tetap perhatian meski aku sudah masuk dalam kategori dewasa bahkan tidak pernah membatasi kegiatanku dan merestui kepergianku untuk ikut Socio Travelling di Lampung sebelum lanjut program pra studi pada awal bulan Februari.

Tapi siapa sangka sekarang jadi begini, berada di titik kelabu, awet pula. Banyak rencana dan tujuan yang sudah disusun sedemikian rapinya namun harus mengalah untuk sementara waktu. Aku tahu, ini bukan semata tentang seorang tapi melibatkan semua orang tak terkecuali.

Ketika kabar yang tak diharapkan, disampaikan oleh orang no 1 di tanah air waktu itu, bahwa dua orang telah positif terkena virus korona. Kemudian dengan sangat cepat virus itu berkelana di muka bumi. Semua lembaga pendidikan diliburkan bahkan harus daring. Begitu Pula dengan lembaga kursusan di Pare Jawa Timur. Awalnya kampung ini rame dengan pelajar dari berbagai penjuru negeri begitupula dengan para pencari nafkahnya, namun pemandangan sepi dan pekatnya malam memeluk, jadi asing berada di sini, cari makan pun mulai cukup susah.

Lembagaku  pun dan semua kursusan jadi  harus mematuhi aturan tidak berkerumun dan menutup segala kegiatan belajar-mengajar atas peraturan pemerintah, semua kursusan wajib di tutup. Bagaimana mungkin bertahan tetap belajar di suasana mencekam begini dan tak pasti kapan ujungnya? Apalagi jauh dari keluarga, pedagang dengan sepeda ontel maupun motor jadi tidak lagi terlihat bahkan warung dan rumah makan juga banyak yang tutup. Sedih sekali melihat pemandangan itu. Kami yang masih bertahan di dormitori jadi bingung makan hari ini dan esok tak tahu harus ke mana. Harus berjalan jauh iya, dan tentu saja uang juga akan segera habis kalau tidak pulang.

Slogan pantang pulang sebelum sukses, tak bisa dipegang teguh dalam kondisi begini. Dengan berat hati aku dan teman-temen yang satu tanah kelahiran, beda lembaga dan program yang di ambil denganku pulang dalam satu mobil khusus untuk kami berempat saja begitupula dengan teman-teman di wilayah lain, sebut saja temenku yang dari Makasar, maka mereka juga akan menggandeng temen-temen yang dari satu tanah kelahiran untuk berjuang dan saling menguatkan.

Sungguh luar biasa perjuangan itu, air mata juga tak berhenti menetes saat saling mengantarkan pulang meski hanya dapat mengantar di depan lembaga hingga teman yang akan pulang, telah masuk dalam bus maupun mobil khusus yang digunakan agar bisa meminimalisir menyangkutnya si virus kepada kami dan keluarga di rumah.


Kemudian berada di rumah saja, memang sangat membosankan, tapi ada hikmah menarik dari ujian ini. Salah satu yang aku rasakan bisa menikmati dengan sepenuh hati adalah kegiatan masak-memasak dan workout pun jadi rutinitas yang digemari. Sebelumnya, aku anti masuk dapur. Bisanya cuma menyantap sajian emak dan saudara. Atau beli! Pernah waktu  liburan semester akhir, bibiku menentukan jadwal kursus masak ku dengannya. Di awal pembelajaran, semua menu jenis gorengan, sering terhidang garing bin gosong, saat bikin tumis kunyitnya kebanyakan, kadang jahenya kebanyakan atau bahkan lengkuasnya "ini mah sedang makan jamu" begitu ungkapan paman saat jadi orang pertama yang memakan menu tersebut di meja makan. Bahkan bikin kuah sering hambar hehe.

Namun kali ini, tentu ceritanya berbeda. Sejak Pandemi, aku memiliki tugas baru dari kakakku untuk mengunjungi  keponakanku di pesantren. Otomatis setiap kali kunjungan hingga detik ini aku perlu membawa makanan untuknya dan teman-temannya. Dari situlah terdorong untuk belajar otodidak dengan memanfaatkan media sosial sebagai guru. Jadi, urusan memasak ayam kecap, tumis sayur, kuah, dan menu lainnya sudah banyak yang bisa. Rasanya pun, maknyus. Dan tahukah kamu, apa yang aku dapatkan?  Akhirnya pujian sering kali membuat telingaku mekar hehe.

you don't always need a logical reason for doing everything in your life. Do it because you want to, because it's fun, because it makes you happy. ~ Anonim

Lalu bagaimana dengan workout? Aku jadi tahu bahwa setiap gerakan memiliki nama dan fungsinya masing-masing. Ada zumba, aerobik, yoga, hiit cardio dan lainnya. Kalau aku lebih nyaman workout zumba dan aerobik, sebab merasa cocok dan kuat menjalaninya ketimbang yoga dan hiit cardio. Kalau kamu, lebih nyaman yang mana?

Kegiatan lainnya yang sangat aku nikmati, adalah tetap belajar sesuai dengan ketertarikan melalui kelas zoom dan google meet. tetap berasa menempuh jenjang magister sih, apalagi kelas yang diikuti baik free maupun berbayar di awal (sebagai bentuk komitmen) memiliki silabus yang super keren dengan peraturannya yang tegas. Kalau minat dan targetku saat ini, pada public speaking dan cabang-cabangnya (broadcasting, dubbing, dan voice over) dan kepenulisan di blog, membaca buku dan insya Allah akan menerbitkannya sendiri (sedang di usahakan untuk memiliki buku solo) dan cover puisi di youtube. Alhamdulillah, aku menikmatinya.

Dari semua kegiatan yang aku lakukan itu menjadi hobi dan passion yang aku tekuni sekaligus self healing. Sebab aku sadar bahwa hobi menjadi kesukaan dan kesenangan yang cenderung mengeluarkan atau bersifat konsumsi sedangkan passion adalah kecintaan yang mendatangkan hasil. What a challenging, isn't it?

Dan sebagai penutup, ada satu hal yang ingin aku sampaikan bahwa apapun yang datang dari hati, bisa dilakukan dengan hati riang, hasil pun maximal. Kamu tak perlu memaksa orang untuk menyukai kebiasaan dan hal yang sama denganmu, jika waktunya tiba ia bisa menemukan jalannya sendiri dengan caranya sendiri. sebab ketika orang telah menemukan apa yang ia sukai, dipastikan penampilan terbaik, penyuguhan, dan apapun itu akan dilakukan lebih gigih.


Baca Juga