Mendengar kata investasi pasti yang muncul pertama kali dalam benak kita adalah persoalan keuangan atau aset yang berlipat ganda. Memang sih secara leksikal investasi bermakna penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek dengan tujuan memperoleh keuntungan. Sehingga bukan lagi rahasia umum jika investasi adalah jalan menuju kekayaan atau melipat gandakan harta. Namun lain kisah dengan Mbah Dauzan. Dimana usianya yang sudah senja masih memiliki semangat baja memikirkan orang lain, mengajarkan hakikat investasi jangka panjang bagi sekelilingnya melalui literasi MABULIR.

Dauzan Farook
Sumber foto : sudinpusarjaksel.jakarta.go.id


Dauzan Farook, Sang Sosok Pahlawan

Membaca sebuah buku adalah menelusuri padang luas pengetahuan, setiap halamannya mengajarkan kebijakan, mereka bisa membuat kita berpikir, tertawa dan menangis, mereka menjawab pertanyaan kita dan menciptakan sahabat terbaik, kecil gemar membaca, dewasa kian bijaksana. ~ Dauzan Farook

Dauzan Farook adalah lelaki senja pemilik dan pengelola perpustakaan Mabulir (Majalah dan buku keliling bergilir) menjadi sebuah perpustakaan partikelir yang berada di Kauman, Yogyakarta. Tahukah kamu kenapa Dauzan Farook pantas dikatakan pahlawan? Sebab beliau mendedikasikan hidupnya bekerja keras memaksa orang untuk suka membaca dengan menyodorkan buku secara gratis di tempat-tempat umum. Secara materi nih tidak ada untungnya bagi beliau bukan? Rugi mungkin iya, sebab bisa jadi si peminjam malah lupa mengembalikan buku koleksi beliau atau malah menghilangkannya. Namun tiada masalah baginya. Beliau tetap merasa bahagia.

Lalu secara fisik, memang sih Mbah Dauzan tak lagi muda, tak berbadan bagus bahkan panca inderanya sudah tak sesempurna fungsinya. Orang lain mungkin akan berempati atas dasar kasihan padanya namun beliau tidak mempersoalkan kondisi fisiknya. Bahkan menurut beliau apa yang dilakukan di masa senjanya ini adalah sebuah kenikmatan yang teramat nikmat bahkan sangat disayangkan jika tak diteruskan. 

Pahlawan Literasi
Sumber foto: liputan6.com


Sebenarnya yang mendorong beliau bersikap seperti itu adalah kondisi batinnya yang masih memiliki bara api dalam tubuhnya sehingga mampu menggerakkan fisiknya yang sudah sepuh untuk tetap menebar kebaikan. Buktinya setiap hari Mbah Dauzan mengunjungi tiga-empat tempat seperti; berkeliling kota Yogyakarta, keluar masuk gang, rumah penduduk, pesantren, masjid, TPQ, taman bacaan, karang taruna, kelompok bermain, para pelajar dan pengajar dari level dasar hingga perguruan tinggi agar mau menerima pinjaman buku koleksi Mabulir. Subhanallah! Sungguh beliau adalah jenis manusia Indonesia yang masuk dalam kategori kepunahan sekaligus jarang dapat ditemukan bukan?

Prinsip dan konsistensi Mbah Dauzan

Dauzan Farook memiliki prinsip yang selalu beliau junjung tinggi-tinggi yaitu menjemput bola atau dalam bahasa bekennya beliau menganut sistem MLM (Multi Level Marketing) sehingga yang awalnya si A gak butuh buku jadi butuh buku. Yang awalnya si B gak ada keinginan sama sekali untuk sekedar menyentuh buku jadi menyentuh buku-buku yang ada bahkan membacanya meski hanya sekilas.

Membaca akan menghantarkan putra-putri kita ke gerbang kemajuan dan kearifan di masa depan; orang yang tidak gemar membaca hampir kehilangan segalanya. ~ Dauzan Farook

Kekonsistenan beliau dalam menyebarkan kebaikan ini sudah dimulai sejak 1990 - sekarang. Buah dari ketekunan itu adalah banyak yang berminat untuk menjadi anggota Mabulir bahkan hingga keluar kota Yogyakarta. Kini, kurang lebih terdapat sekitar 100 kelompok pembaca setia dengan masing-masing anggota 4-20 orang. koleksi buku dan majalah terus meningkat yang semula hanya sekitar 3000 (buku dan majalah) kini menjadi 5000 buku dan 4000 majalah. Mabulir juga mengoleksi VCD islami dengan bantuan empat karyawan.

Awal mula berdirinya mabulir

Mabulir berdiri berawal dari tunjangan veteran dari pemerintah sebesar Rp. 500.000,00 atas terlibatnya mbah Dauzan dalam penyerbuan gudang senjata Jepang di kota Baru pada tanggal 6 Juli 1945 dan serangan umum 1 Maret 1949. Beliau pun berpikir bagaimana caranya mengembalikan kembali uang tersebut. Akhirnya karena di rumah beliau terdapat banyak buku, buku bekas ayahnya yang dulu pernah menjadi pustakawan di perpustakaan Muhammadiyah, dan buku-buku koleksi sendiri, kebetulan pernah menjadi agen penjualan buku. Dari itulah muncul gagasan untuk menjadikan perpustakaan umum yang bebas persyaratan dan biaya administrasi atas keprihatinannya kepada kondisi remaja yang memiliki minat baca sangat rendah, cenderung hedonis, materialis, tidak peduli, serta maunya instan. 

Setelah berjalan setahun menggunakan uang dari pemerintah tersebut sebagai biaya operasional. Lalu untuk memotivasi peminjam agar lebih gemar membaca, mbah Dauzan menuliskan kalimat sakti berikut ini pada cover depan dan belakang "membaca sebuah buku adalah menelusuri padang luas pengetahuan, setiap halamannya mengajarkan kebijakan, mereka bisa membuat kita berpikir, tertawa dan menangis, mereka menjawab pertanyaan kita dan menciptakan sahabat terbaik, kecil gemar membaca, dewasa kian bijaksana; membaca akan menghantarkan putra-putri kita ke gerbang kemajuan dan kearifan di masa depan; orang yang tidak gemar membaca hampir kehilangan segalanya. 

Untuk menutupi biaya operasional perpustakaan seperti gaji empat pegawai, pembelian dan perawatan buku. Mbah Dauzan mengeluarkan dari kocek pribadi, yaitu dari uang pensiunan sebagai mantan pejuang sebesar Rp.500.000,00

Menurutku beliau sangatlah pantas menyandang predikat pahlawan dalam bidang investasi-literasi lalu adakah Pahlawan versi lain dari kalian? Jika ada, pas banget nih dengan tema yang diusung Kontes Blog Super Bercerita, yakni #KadoUntukPahlawan yang terselenggara sejak 4 April sampai 5 Juni 2022. Super mengajak teman-teman blogger di seluruh Indonesia untuk ikut Kontes Blog Super Bercerita dengan menceritakan sosok pahlawan versi masing-masing. Akan ada hadiah uang tunai juga. Bagi yang mau ikutan, cek selengkapnya di aplikasi super deh!

Baca Juga