Kelahiran 95, 96 dan 97 kudu merapatkan lingkaran deh. Sini kita bangun imunisasi bersama dari masyarakat yang sering banget menyudutkan dan menjadikan bahan gunjingan paling pedas soal status yang belum memisahkan diri dari KK ortu. Pasalnya teman sebaya sudah pada melepaskan masa lajangnya bahkan sudah memiliki hingga lebih dari satu momongan. Sedangkan kita, masih suka kelayapan berpetualang dengan asyiknya dikira lupa daratan hehe. 

Girls Squad di Pantai E Kasoghi Sumenep

Untuk daerah perkotaan, bisa jadi perihal usia tidak pernah diperhitungkan atau dipermasalahkan ya. Tapi wilayah countryside, kata-kata "bakal jadi perawan tua, gak laku (dikira dagangan ye hehe), bakalan jadi pengantin tua, kena kotekha (pengancing agar tidak ada lelaki yang meliriknya)" dan sederet kata-kata tajam menukik lainnnya bakal auto terkirim ke telinga dan itu mengiris ulu hati gak sih hiks. Ditambah lagi kalau punya momy yang mudah banget termakan sama moncong tetangga, upz! Pasti nanyain calon mulu dah atau malah ke dukun biar anaknya dibacain jampi-jampi pengusir carang tolak jodoh. Omg, it's real guys.

Percayalah, bahwa Being single is a freedom and it's still normal. Jadi untuk menghindari mengutuk diri dan menyalahkan takdir, kita perlu banget nih membuat perisai self-defense sebagaimana berikut ini.

Puasin bermain

Puas-puaslah bermain sebelum melepas masa lajang

Memutuskan untuk menikah berarti keputusan untuk menjadi orangtua. Dan being parents is not child anymore. Saat kita masih berstatus sendiri, kita masih memiliki banyak kesempatan untuk menghabiskan jatah masa muda lhooo yang tidak akan pernah terulang dalam hidup dan ini kesempatan emasnya untuk melakukan banyak hal entah berpetualang, berkarya dan bekerja hingga tiba di saat yang tepat melabuhkan hati untuk tidak lagi memikirkan kesenangan sendiri. Dan melewati fase-fase itu such as amazing and incredible things in life.


Masa perbaikan finansial

Memiliki pekerjaan pra-menikah terlihat lebih baik bukan? Minimal untuk kebutuhan pribadi seperti uang jajan dan kebutuhan lainnya tak perlu lagi menengadah ke orangtua bahkan saat telah memutuskan untuk menikah dan langsung memiliki buah hati, tidak akan mengalami kesulitan meski sekedar membeli susu dan mendapatkan pelayanan terbaik saat melahirkan tanpa pontang panting meminta uluran tangan orangtua, mertua dan pihak ketiga lainnya. Ya sekalipun sudah ada suami sebagai kepala rumah tangga yang memiliki kewajiban penuh untuk hal itu, tapi who knows seperti apa kelak suami kita bukan? Syukur-syukur kalau sudah memiliki pekerjaan yang mapan bahkan tabungan yang cukup.

Dan melayarkan kapal rumah tangga pun perlu kekompakan bersama. Dalam hal ini bukan berarti mau melengserkan jabatan suami sebagai kepala rumah tangga dan kemudian istri merebutnya. Tapi saat ekonomi keluarga baik, kebahagiaan cenderung naik. Iya kan? Apalagi jika keduanya memiliki pekerjaan dan menekuni hobi yang sama atau saling ada kaitannya bahkan pekerjaan rumah tangga yang kompak selesaikan berdua. Wah visi-misi hingga ke akhirat setidaknya dalam koridor yang tepat. Misal suami sebagai polisi, istri bidan. Atau suami jurnalis, istri ibu rumah tangga dan blogger beken. Kalau bisa saling bersinergi hingga untuk tujuan kehidupan berikutnya, why not?


Cekatan menepis masalah

Mengarungi bahtera rumah tangga, tidak akan pernah selalu tenang. Akan ada ombak yang tiba-tiba menghantam dan tentu saja jika tidak memiliki pondasi kematengan berpikir dan cekatan dalam bertindak akan mudah terombang-ambing yang akan berakhir di meja hijau. Ya sekalipun kedewasaan seseorang tidak cukup di ukur dari usia saja ya tapi saat seseorang sudah sering dibentur oleh polemik kehidupan dan pengalaman banyak hal pasti berbeda bukan penanganannya?


Memupuk pengetahuan pra menikah

Saat masih single, ada banyak kesempatan untuk memperbaiki diri. Salah satunya belajar ilmu parenting yang perlu dipahami agar kelak saat tuhan telah memberikan anugerah melalui mahluk mungil ditengah-tengah keluarga kecil tidak lagi menerapkan pola-pola konservatif yang tentunya sudah tidak relevan lagi.


Menikah bukan ajang balapan

Bukan karena terlalu memilih hingga kenapa predikat single masih tetap tersandang. Tapi selektif dalam menjatuhkan hati itulah patokannya. Sebab ini akan menjadi ibadah sepanjang kehidupan dalam setiap geraknya. Dan pleaseeee jangan termakan sama lidah tak bertulang tetangga saat jodoh belum mendekat. Bukan karena tidak laku maupun terkena ilmu hitam tapi semua ada ritmenya. Jadi dari pada mengutuk diri, yuk produktif dengan hal-hal positif itu lebih membahagiakan

 




 


Baca Juga