Menjalani sebuah pekerjaan dibidang yang disukai dan merasa menemukan jatidirinya dengan berkutat dalam pekerjaan yang dijalani adalah dambaan semua orang tak terkecuali saya. Namun sesenang dan senyaman apa pun yang dilakukan dalam bekerja pasti fase lelah, tidak bergairah, mulai malas dan bosan dengan rutinitasnya akan juga menyapa lebih-lebih jika ternyata lingkungannya toxic yang kemudian memberikan efek tidak baik karena akan mengeluarkann emosi yang negatif. Kondisi tersebut diistilahkan burnout yang terjadi karena persoalan emosional seseorang yang kurang terkontrol dengan baik.

Burnout syndrome



Jika emosi seseorang tidak bisa dikontrol as well as possible sudah dipastikan akan dipenuhi dengan emosi negatif dan meluas hingga rasa marah, cemas berlebih dan andai-andai negatif lainnya yang terus menghujani kepala. Jika terus seperti ini, bisa meracuni kesehatan mental lohhh.

Seorang psikolog klinis New York Herbert Freudenberger menyebut peristiwa itu dengan istilah burnout syndrome. Burnout dalam dunia kerja, nyata adanya. Sehingga untuk mengatasi hal ini, seseorang harus pandai mengolah rasa dan jiwanya agar tetap menjadi manusia dewasa yang waras dan bisa bepikir jernih dengan segala tanggung jawab dan tanggungan atas hidupnya sebagai mahluk sosial.

Akibat fatal dari burnout yang tidak segera diatasi yaitu rentan depresi dan akan merugikan dirinya sendiri. Misal pemotongan gaji oleh atasan karena sering terlambat masuk kerja, keputusan resign tidak dengan pertimbangkan yang matang atau malah pemecatan dari tempat kerja. Untuk itu, memiliki seni mengolah rasa agar tidak baperan (bawa perasaan) penting dimiliki. Sebab menjadi manusia dewasa yang tetap waras dengan segala gempuran ujian hidup adalah keharusan yang tidak boleh ditolerir.

Keputusan-keputusan yang sudah terjadi oleh diri sendiri maupun atasan, sering bikin overthinking, sulit tidur dan semacamnya. Tapi mau bagaimana lagi, beras sudah terlanjur jadi bubur. Nikmati dan tetap syukuri anggap saja rezeki yang seharusnya tiap bulan ada sedang Allah berikan kepada yang lebih membutuhkan serta mulailah melakukan perubahan yang lebih baik karena perubahan sekecil apapun bisa memberikan berbagai macam emosi positif.

Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan saat terkena burnout syndrome

Perbaiki hubungan diri dengan sang pencipta
Hubungan yang baik antara individu dan sang pencipta adalah dengan tidak mengabaikan atau tidak lalai atas kewajiban dari Nya terutama sholat. Sebab jika sholat saja abai maka hidup atau kesehatannya juga tidak akan cukup baik.

Bicarakan dengan pasangan khalal Komunikasi adalah hal yang tidak boleh diabaikan dalam berumah tangga terkait apapun yang terjadi terutama jika punya anak agar ada jalan keluar setiap ada masalah dan pengasuhan tetap kompak dilakukan berdua pun dengan urusan domestik. Jika komunikasi lancar, menyempatkan ritual pillow talk, maka sebesar apapun masalahnya pasti bisa diatasi sehingga bekerja pun bisa tetap lancar tanpa hambatan.

Muhasabah diri
Muhasabah diri atau bahasa lainnya Evaluasi diri, penting dilakukan untuk tahu apakah ada progress setiap hari atau setiap bulannya lalu bagaimana progressnya, apakah ada kendala? Apa dan bagaimana solusinya juga terkait apa dan dimana hal yang tidak sepatutnya dilakukan.

Setelah mentafakkuri kegiatan sebelumnya, lakukanlah perubahan sekecil apapun itu yang penting berdampak untuk kebaikan dan kemajuan diri karena jika kita menyepelekan tindakan kecil, itulah yang bisa membuat kita berada di fase burnout

Membuat skala prioritas
Skala prioritas ini semacam to do list terkait apa yang akan dilakukan terlebih dahulu dimulai dari yang paling penting atau pekerjaan yang harus segera diselesaikan dalam waktu yang dekat.

Ingat dengan motivasi awal bekerja
Masih ingatkan, bagaimana dulu ingin bekerja, ingin bergabung dengan instanti yang ditempati sekarang? Masih ingat ngak bagaimana harapannya dulu bisa bergabung dengan tempat kerja yang sekarang? Yuk coba renungkan!

Anyway, tahu gak kalau tempat kerja itu adalah proses learning by doing lohh dimana ilmu dan skill yang kita peroleh dari tempat kerja tidak sepenuhnya didapatkan ketika masih menimba ilmu di dunia pendidikan bahkan banyak lulusan sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan background studi sebelumnya kannn

Untuk itu, saat rasa bosan dan capek mulai menghampiri, ingatlah perjuangan kali pertamanaya untuk bisa masuk dalam instansi tersebut dan tetap berikan kinerja terbaik sekalipun diri ini merasa tidak dianggap dan tidak terpilih ketika ada event penting.

Jika pun benar-benar sudah tidak mampu untuk bertahan dan ingin resign pastikan berhenti dengan cara yang baik dan terhormat dan yang paling penting tidak akan menyesal nantinya apalagi misal di tempat yang baru, gajinya lebih kecil atau malah gak nemu pekerjaan yang cocok sedangkan tabungan dana darurat tidak cukup baik atau malah minus.
Baca Juga